Ngga usah semangat, males juga ngga papa 😄
Sebuah tulisan yang diva tulis saat kabur dari jam ngaji diva. Mwehehe. Semoga Pak Yai dan Bu Nyai diva selalu diberikan usia yang panjang, disehatkan badannya, di sabarkan dan lapangkan hatinya punya santri modelan diva 😀😅 semoga diva pendek kabur-kaburnya. Jangan lama-lama :") cepet dan awet sadarnya, Aamiin.
Kebiasaan lama diva yg belum kunjung berkembang adalah, membagi work life balance ke dalam 7 hari. Belum sampai kepada 24 jam. Maksudnya gimana ? Kebutuhan pengembangan diri diva saat ini, diva memiliki 2 lingkungan utama yg berbeda. Lingkungan pondok dan luar pondok.
Berdasarkan Wlb yg sudah diva lakukan kemarin, diva masih sebatas membagi prioritas menjadi senin-kamis untuk luar pondok (karena saat itu semester akhir), jum'at untuk diri sendiri (blank space, libur) dan sabtu minggu untuk kebutuhan pondok (full tanpa menyentuh keperluan kampus)
Setelah lulus perkuliahan, diva merasa perlu melepas semua yang berkaitan dengan perkuliahan, untuk fokus dengan kebutuhan pondok. Misal ? Diva belum bisa melepas dan produktif mengatur, membatasi diri buat ngga scroll dan tetep produktif dengan kebutuhan pondok. Ketika udah fokus sama kegiatab pondok, diva bakal tiba-tiba seleb, ngga buka hp, ngga bales chat wa :")
Sebuah proses menuju dewasa yang tak akan pernah selesai. Sekarang diva mempertanyakan, bagaimana agar diva bisa memprioritaskan kebutuhan atas kemageran dan scroll rebahan diva. Hp ngga salah, bantal ngga salah, kaca make up yg juga sering jadi pelampiasan diva itu ngga salah, buku bacaan ngga salah, jalan² keluar sambil cari angin juga ngga salah. Tapi prioritas dan pengaturan porsinya yg diva belom bisa. Bagaimana diva bisa betah ngaji berjam-jam seperti diva betah scroll tanpa rasa ngantuk.
Mungkin diva yang kurang termotivasi, mungkin diva yg kurang berkeinginan, bercita-cita, mungkin belum apa-apa diva sudah merasa ini berat, mungkin ekspektasi diva terhadap target pencapaian harian diva terlalu tinggi. Mungkin, diva perlu mengurangi 'kalau mau ini harus begini, harus begitu dan harus harus' yang lain.
Atau mungkin sebenarnya tidak apa-apa kalau memang diva baru sampai di tahap, membagi kebutuhan diva sesuai hari dalam seminggu. Mungkin nanti diva akan terbiasa dan diva akan bisa naik ke mode hybrid ? Bukan lagi mengkotak-kotak-kan kebutuhan diva antara di lingkungan pondok dan diluar pondok ? Mungkin, diva hanya kurang sabar dengan apa yg sedang diva alami saat ini. Kurang menghargai proses yg diva lalui, terasa lambat, tapi memang tempo yg bisa diva gapai saat ini adalah itu. Mungkin nanti akan lebih cepat, tapi tempo cepat tidak akan diva dapatkan kalau diva tidak bersabar melalui tempo lambat ini. Mungkin itu semua akan terjadi, dan tidak harus sekarang. Mungkin sekarang, mungkin besok, mungkin nanti.
Pak Yai Anshori selalu ngendikan; 'sing urung teko, ojo di tompo'. Jangan menerima takdir yang belum datang, dan jangan menolak takdir yang sudah datang.
Yang mana takdir yang belum datang dan yang sudah datang ? Misal saat ini kamu belum menyelesaikan tugasmu, terima secara sadar dan lapang kalau saat ini kamu belum selesai. Tapi 5 menit kedepan ? 10 menit kedepan ? 1 jam kedepan ? 1 hari kedepan ? Kamu belum tau. Maka kalau kamu benar² ingin menyelesaikan tugas tersebut, coba kerjakan saat ini. Belum selesai juga, coba terima, dan usahakan kembali. Kembali mengusahakan sampai 5 menit, 10 menit, 1 jam berikutnya. Belum selesai lagi ? Terima takdirmu dan ulangi ritme usahamu.
Apakah kamu akan berhasil ? Dengan ritme seperti itu ? Tentu saja kamu bisa.
Secara sadar atau tidak, yang perlu diva lakukan sekarang adalah yang ada didepan diva saat ini. Tidak apa-apa kalau kamu merasa malu, tidak apa-apa kalau kamu merasa cemas, tidak apa-apa kalau kamu merasa ingin kabur dari dirimu sendiri saat ini. Diva selalu inget kata maminces; "kamu punya kesempatan buat minta maaf dan dimaafkan kalopun kamu ngelakuin kesalahan". Selamat beraktivitas manteman. Ngga usah semangat, males juga ngga papa 😄 Alhamdulillah.
Komentar
Posting Komentar