Seperti halnya " Rezeki ", kupikir " Jodoh " juga مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
2 Rumus ala Pak Yai
Kata Pak yai, setiap hal yang dateng ke hidup kita adalah 'pertanyaan-Nya' dan pertanyaan ngga pernah salah. Yang bisa salah adalah, jawaban kita.
Maka rumusnya 2, kalo kedatengan susah, tugas kita buat
sabar. Kalo kedatengan seneng, tugas kita buat syukur. Itu poin pertama.
Beberapa syariat “ Jodoh “
Pertama, menurut gus Baha, jodoh adalah seorang yang mau dinikahi dan seorang yang mau menikahi.
Ketika tiba saatnya, kita udah ngerasa siap menikah. 'Ya, saat ini saya mau menikah' . Terus ada seorang, mau menikahi kita, kita taaruf, kira² cocok, terus nikah. Itu jodoh.
Maka, sepanjang kita belum sampai di taraf 'siap nikah'
tugas kita adalah menjaga diri, menyiapkan diri, memantaskan diri. Kalaupun,
ada yang bilang, 'tapi ada kok, yang pacaran sampe nikah. Kan yang penting
ujungnya nikah' menurut diva itu kurang pas. Kenapa ? Karena justru itu
ujiannya. Ujian sebelum halal, adalah menjaga diri. Ujian setelah halal,
menjaga dan merawat Bersama.
Syariat kedua adalah, Gus Rifqil dan Ning Imaz. Jodoh itu,
2 kemungkinan. 1. Cerminan diri, 2. Pelengkap diri. Kata Gus Rifqil yang
ditambah sama Ning Imaz, bisa jadi jodoh itu cobaan. Kamu bersyukur dapet dia,
dia bersabar dapet kamu 😙.
Umumnya syariat yg kita pegang adalah, jodoh itu cerminan. Diva merasa, hamba kasta rendah, ngga semua diberi 'karomah' punya jodoh yg lebih dari kita, atau, diberi ujian, jodoh yang melatih jiwa kita.
Jadi, ya sepanjang memang belum meng-klaim diri siap masuk ke jenjang pernikahan, diva memilih buat fokus sama diri sendiri. Karena jodoh itu, kita yang membentuk.
Serasi kan ? Misal sekarang diva sedang tidak mencari
jodoh, ya jelas diva ngga akan ketemu jodoh diva, karena pasti dia juga belom
nyariin diva wkwk. Sebagaimana diva belum mau nyari jodoh.
Sebuah fakta bahwa “ Rasa Suka itu Fluktuatif “
Pas pacaran, pasti rasa cintanya 'seakan' menggebu-gebu. Seluruh isi dunia hanya kita berdua, yang lain ngontrak~eyaaa. Kenapa ? selain semasa pacarana, yang tampak dan yang ditampakkan hanya yang baik-baik saja, belum adanya tanggung jawab penuh atas satu sama lain_karena mayoritas masih jadi tanggungan orang tua atau, kalo kerja tetep masih buat sendiri, belum banyak tanggungan selayaknya rumah tangga, jadi yaa belum banyak yang di pikirin. Paling berantem gegara telat bales chat, atau ngilang-ngilangan ngga ada kabar, yaa lebih kurang karena ada setan juga yang menghiasi nafsu-nafsu para anak adam yang dimabuk asmara ini.
Nanti beda, pas udah halal. Banyak banget yang berubah.
Semua tidak seindah dulu~hueks. Karena emang disitu ujiannya. Dengan fakta
bahwa rasa suka itu “ Fluktuatif”, Ketika pacaran yang sekan menggebu jadi
ujian gimana kita bisa menjaga diri, Ketika halal, jadi ujian bagaimana
komitmen kita pada ibadah terpanjang tersebut. Bagaimana dua orang manusia
dengan perasaan yang bisa naik bisa turun tetap dalam komitmen menjalankan
ibadah Bersama.
Terus gimana ? Dengan rasa suka.
Dengan banyaknya kucuran minuman ruhaniah dari Pak Yai.
Diva yakin, kalo perasaan itu, bukan kita yang atur. Nyatanya, sering kali kita
tau buruk dan salahnya seseorang,
tapi kalo jujur2an, hati kita ngga bisa berpaling dari dia. Atau sebaliknya,
kita tau, baik dan indahnya seseorang, tapi hati kita ngga bisa menghadap
kesana. Iyah, itu hati. Hanya Muqollibal Qulub yang paham.
Maka, ketika kedatengan rasa suka, sebagaimana diva yakini inputnya itu dari-Nya. Maka outputnya pun, harus mengarah pada-Nya. Diva yakin sangat boleh menikmati rasa suka itu, selama ngga keluar syariat. Gimana caranya ? Ya gimana terserah. Yang penting ngga mengarah ke hal² yg ngga Diridhoi.
Gimana kira² takaran nya ? Diva selalu bilang 'kira² kalo
gurumu tau, kamu lagi ngelakuin hal ini, gurumu bakal ridho atau ngga'.
Beberapa kali, diva berusaha mengingkari perasaan ngga tenang dihati diva, tapi
pada akhirnya tetep, dalam lubuk paling dalam, diva mengakui kalo yg diva
lakuin itu ngga bener. Cuma diva belom cukup berani meninggalkan 'dosa indah'
itu wkwk.
Rasa suka yang tak diungkap.
Kenapa ? Karena menurut pengalaman diva, yang notabenenya adalah perempuan. Perempuan lebih dominan sama perasaannya.
Ibarat yang dicontohin Pak Yai adalah, Logika perempuan yang pahan betul, kuburan siang sama kuburan malem itu sama2 ketutup. Tetep ngga mau, lewat kuburan sendirian meski diiming²in duit 100k. Kalo laki² ? Jangankan 100k, 50k aja mereka mau. Karena secara logika, mereka lebih dominan.
Diva sadar, salah satu aib manusia adalah, selalu merasa kurang. Tadinya bilangnya, mau chat aja kok. Tapi rasanya kurang, jadi pengen telpon. Udah telpon, jadi pengen video call. Ngga berenti disitu, jadi pengen ketemu, ketemu sebentar ngga cukup, mau yang lama. Dan seterusnya. Diva selalu bertanya sama diri sendiri. Mau sampe kapan ? Kaya gini terus ?
Maka selepas pengalaman itu, diva memutuskan menikmati perasaan suka cukup dengan diri diva. Karena lebih menguntungkan, dan lebih aman. Kemana arahnya ? Ke Yang memberi rasa suka. Maka diva ngga peduli, gimana respon objek yang diva suka. Diva belajar kalo urusan diva, bukan sama objeknya. Dia cuma objek buat menampakan rasa suka yang diberikan Sang pemilik rasa, ke diva.
Ada cerita unik pas diva belajar difase ini. Dengan skenario-Nya. Diva dibuat un-crush. Memilih mundur dari perasaan diva. Tepat sekitar seminggu setelah diva un-crush, ternyata ex-crush ini udah lama sama bestie diva. Wkwk. Lucu sih. Tapi apa pelajarannya ?
'Kalo diva yakin, perasaan suka itu ada Yang mendatangkan
ke hati diva. Maka begitu juga perasaan yang dateng ke bestie diva' itu pelajaran
baru buat diva. Apa diva masih kukuh dengan keyakinan diva ? Kalo masih,
harusnya diva menerima dg baik dan semakin belajar.
Semoga Allah selalu menjaga kita semua.
Kalo di ushul fiqh.
ما لا يدرك كلّه، لا
يترك كلّه.
'Sesuatu yang ngga bisa dibawa semua, jangan ditinggal
semua'
Kita semua pernah dalam fase 'salah'. Tapi selalu ada
kesempatan. Sekecil apapun usaha yang bisa kita lakukan, tetap lakukan. Dan itu
udah jadi landasan hukum dari-Nya. Jadi, semangat belajar bestie2kuh 😚
Komentar
Posting Komentar