Sebuah kisah nyaris romantis.
Palur, 12 september 2024 Malam itu, dipalur, dengan ragaku yang pikirannya melayang jauh entah kemana. Seusai pembacaan kitab maulid Simtuddurror oleh Kak Syeima, usai pula tugasku sebagai pemandu acara. Kemudian, "alangkah indahnya hidup ini, andai dapat kutatap wajahmu". Selayang pandang aku teringat wajah crush-ku. Tiba-tiba wajahnya terlintas begitu saja. Seorang yg kutaksir cukup lama, yg wajahnya sangat lama tidak pernah ku tatap lagi, yg batang hidungnya sudah sangat lama tak pernah tampak, yg bola matanya sudah sangat lama tidak pernah beradu pandang denganku. Sambil memikirkan sekelebat pengelihatan itu, sambil mirisku berfikir. Kalau selalu aku merindukan crush-ku, lalu kapan aku merindukan Kekasih-Nya ? Kekasih kita semua. Sedang, kalau merindu saja belum, maka kapan aku akan berjumpa seumur hidupku ? Bagaimana bisa aku menginginkan berjumpa dengan Kekasih, sedang pikiranku saja tidak terikat kesana ? Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat kutatap wajahmu. Kan...